Bands

Abad Pertengahan merupakan sebuah periode panjang sejarah Eropa, termasuk Prancis. Abad ini disebut juga sebagai Abad Kegelapan, dikarenakan adanya kekuasaan agama yang bersifat absolut dari Gereja. Kondisi tersebut menyebabkan sejumlah penyimpangan dan peristiwa sejarah yang kelam, seperti; keterbelakangan ilmu pengetahuan, maraknya mitos dan tahayul, inkuisisi, dan sebagainya. Sejumlah peristiwa sosial Abad Pertengahan tersebut terdapat dalam novel Notre-Dame de Paris karya Victor Hugo. Penelitian ini memfokuskan pada permasalahan penyimpangan kekuasaan agama yang terjadi pada masa Abad Pertengahan, dengan menerapkan sosiologi sastra Alan Swingewood sebagai pendekatannya. Berbagai permasalahan mengenai pengaruh penyimpangan kekuasaan agama yang terdapat dalam novel dianalisis dengan memanfaatkan teori kekuasaan Lord Acton dan teori teokrasi St. Agustinus. Berdasarkan penelitian, penyimpangan kekuasaan agama yang terjadi pada masa Abad Pertengahan disebabkan oleh penggunaan kuasa yang tidak terbatas dari para penguasa. Dalam pembahasan, disertakan pula analisis mengenai bentuk dan teknik pengarang dalam mengkritik penguasa Abad Pertengahan.

Sebagai sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat dan berusaha keras dengan sunguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya memperoleh kebenaran. Proses mencari kebenaran itu melalui beberapa tahap. Tahap pertama, manusia berspekulasi dengan pemikirannya tentang semua hal. Kedua, dari berbagai spekulasi disaring menjadi beberapa buah pikiran yang dapat diandalkan. Tahap ketiga, buah pikiran tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran (penjelajahan pengetahuan yang didasari kebenaran), kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan, seperti matematika, fisika, hukum, politik, dan lain-lain. Secara historis Renaissance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman di mana orang merasa dirinya telah dilahirkan kembali dalam keadaban. Di dalam kelahiran kembali itu orang kembali pada sumber-sumber murni bagi pengetahuan dan keindahan. Dengan demikian, orang memiliki norma-norma yang senantiasa berlaku bagi hikmat dan kesenian manusia.

Pada masa renaissance manusia hidup bebas dalam menentukan corak hidupnya dan tidak lagi terikat oleh doktrin gereja. Pengaruh Renaissance makin lama makin meresap di berbagai bidang hidup, sehingga bertambah banyak orang, teristimewa dari golongan cendekiawan, mulai melepaskan diri dari kuasa Firman Tuhan. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan umum mulai memisahkan diri dari ajaran dan dogma agama Kristen. Terutama ilmu alam yang berdasarkan ilmu pasti, mulai bertentangan dengan pandangan Gereja yang sampai masa itu diajarkan dan dipercaya sebagai kebenaran ilahi.

Dalam bidang lainnya, kebudayaan renaisan juga berbeda secara tajam dengan kebudayaan Abad Pertengahan. Di masa renaisan, filsafat skolastik dinilai rendah karena dianggap sebagai campuran antara kebodohan logika dengan dogma-dogma agama. Ajaran kekesatriaan dan etika dinilainya membosankan, semua omongan tentang kebahagiaan hanyalah hiasan bibir, karena pada kenyataannya semua urusan hanya sekadar menguntungkan saudagar-saudagar dan bankir-bankir tamak yang ada di setiap kota di Eropa. Sudah menjadi rahasia umum, pada Abad Pertengahan itu, kepentingn kepentingan individu masuk, baik dalam serikat kerja, ke gereja, ke dalam kelompok sosial, bahkan ke mana saja. Ditumbuh-suburkan sikap-sikap fanatisme dan egoisme, agar manusia mensucikan dosa lewat jasa baik Kardinal.